Ini hari Selasa. Pagi tadi, seperti biasa saya sahur
seorang diri. Berjalan ke dapur dengan mata nyaris terpejam karena mengantuk
dan hati sedikit sebal karena menyadari bahwa saya lupa memasak nasi. Jadi saya
pun berjalan ke dapur untuk memasak bumbu tumis yang saya siapkan. Tanpa nasi! Saya
itu belum bisa bilang saya sudah makan kalau saya belum makan nasi, perut saya
Indonesia banget. Saya termangu beberapa saat di meja makan mencoba bersyukur
masih ada beberapa menit untuk memasak nasi.
Saya tidak tahu seberapa batasan ‘keberuntungan’ yang
ada di kepalamu. Tapi dari hidup yang sudah saya lalui hingga saat ini, bisa
bertemu dengan Bapak dan Ibu, lalu duduk dimeja makan dengan mereka, orang yang
saya sayangi, adalah sebuah keberuntungan tersendiri apalagi pada saat moment Idul Fitri, buat saya yang merantau ke pulau Jawa.
Mudik. Acara berita, dipenuhi dengan tulisan mudik
yang wara wiri dari stasiun satu ke stasiun lain. Bagi saya mudik kerumah
membutuhkan waktu seharian. Dari Purwokerto ke Jogja, lalu dari Jogja ke
Balikpapan, dan Balikpapan ke Bontang. Ah ya, saya tidak lagi memiliki wajah
untuk meminta uang kepada orang tua saya bila itu hanya untuk keinginan saya
memiliki ponsel terbaru, atau baju baru karena baju yang saya pakai ya cuma
itu-itu saja, atau sepatu baru karena saya tidak punya sepasang sepatu yang
cukup untuk dipakai gonta ganti untuk saya pakai saat lebaran atau tiket
pesawat untuk pulang. Saya yang sudah seharusnya bisa mencari uang sendiri
begini, sudah tidak mengandalkan uang dari kedua orang tua saya.
Satu tahun sudah saya tidak melihat wajah Ibu saya, atau sekedar mencium pipinya. Saya
rindu? Kapan tepatnya saya dapat tidak merindukannya. Saya merasa rindu
pada Ibu adalah arti dari symbol bilangan tak terhingga.
Lebaran sudah hampir tiba, ribuan umat muslim
bergembira. Saya pun begitu, tapi dibalik itu saya punya niat untuk mudik. Rencana
saya di Lebaran Tahun ini adalah mudik. Namun ketika harga tiket pesawat
melambung tinggi dan tiket kereta sudah habis terjual, lalu bagaimana dengan
rencana mudik yang saya niatkan. Seketika saya menjadi anak yang merasa berdosa
karena mudik harusnya sudah menjadi rutinitas di hari yang Fitri.
Alat komunikasi secanggih apapun tidak akan mampu
menandingi peluk nyata dan tatap mata oleh Ibu dan anak. Semua alat komunikasi
yang diciptakan, justru semakin menjauhkan kita dalam mengenal baik orang lain,
biasanya. Tapi bukan Tuhan namanya, kalau hanya memberi yang membuat kita belajar tapi tidak memberi apa
yang mampu membuat
kita bahagia. Selalu melihat ke atas tentu akan membuatmu lelah, terus
melihat ke bawah pun akan membuatmu sulit kemana-mana. Melihat-lah ke depan,
dan pastikan langkahmu selalu menuju apa-apa yang Tuhan setujui. Kalau niat
mudik nya tidak jadi berarti uang nya harus berguna untuk niat yang baik pula.
Tapi apa ya ?
Membuka
web Cermati www.cermati.com dan sedikit banyak memberi saya ide mengenai mengatur keuangan.
Banyak konten Bank yang ditawarkan, salah satunya saya memilih tabungan Haji yang
saya idamkan sejak dulu. Maka resolusi lebaranku tahun ini adalah membuat
tabungan Syariah untuk ibadah Haji. Dari dulu Ibu ingin sekali pergi Haji,
entah kapan kedua tangan ini mampu mengumpulkan pundi-pundi rezeki untuk Ibu
berangkat Haji. Tapi niat ini sudah bulat. Saat
bilangan usiamu semakin bertambah. Semakin sedikit hal yang kau
inginkan. Semakin terlihat mana-mana yang mustahil, mana-mana yang masih
mungkin diwujudkan. Beberapa impian pun mulai terasa pahit. Karena impian itu
dulu, terlalu terburu-buru dibentuk. Terlalu tergesa-gesa dilabeli harus
terwujud, tapi buat saya membuka tabungan Haji di BNI Syariah membuat saya
yakin, saya pasti mampu mewujudkan salah satu impian Ibu. Tidak akan
ada perhatian yang melebih kekuatan perhatian yang disampaikan langsung.
Seperti tidak akan ada yang melebihi kekuatan pelukan dan genggaman tangan.
Tidak akan pernah ada. Cermati membantu mengatasi impian saya dimasa lalu
dengan membuka tabungan untuk Haji dengan tidak membebankan biaya administrasi kepada nasabahnya dan keuntungan lainnya.
Seperti
Misi nya Cermati memungkinkan setiap orang untuk mendapatkan kendali atas
situasi finansial mereka dan menghemat uang mereka, dengan membuat keputusan
finansial yang cermat. Dan ini saya rasakan dengan membuka web Cermati. Begitu
pula Visi Cermati adalah untuk menjadikan informasi finansial lebih mudah
diakses dan lebih berguna bagi setiap orang dengan menggunakan platform
teknologi. Ini tergambar nyata dari info dari social media yang sangat berpengaruh terhadap berkembangnya
tekhnologi. Cermati sangat membantu saya yang kurang paham mengenai pengambilan
keputusan dibidang keuangan dalam jangka panjang.
Saya
hanya tahu, Tuhan tak akan pernah salah memberi keputusan. Karena Dia yang
selalu akan jadi yang pertama berpijak dalam masa depan dan hari esok hidup
saya. Banyak artikel di Cermati yang mengingatkan saya
betapa perencanaan keuangan memang harus diperhitungkan. Supaya semua seimbang
dan tidak besar pasak daripada tiang, sekali lagi Cermati ini memberikan
sekaligus mengingatkan saya betapa perencanaan keuangan yang dikelola dengan
baik akan menghasilkan hidup yang lebih sehat. Walau tidak mudik, semoga niat ini terlaksana sebagai bentuk nyata bahwa Tuhan gantikan semua dengan yang bermanfaat. Selamat mudik untuk yang mudik.
6 komentar:
semoga semua resolusi dimudahkan sama Allah... :)
semoga d beri rejeki buat berangkatin haji buat kedua orang tua mba arum
semoga dimudahkan segala urusannya, dilancarkan rezekinya...
@Galih Timbul : :)))) aminnnn Ya Allah, makasih bangg
@Urip : hallo mas,amin ya :) doa yg sama untukmu dan keluarga
@Nanda : Amin Ya Allah,grazie panda
infonya boleh juga bund
Aminnn
Posting Komentar