Senin, 13 Juli 2015

Resolusi Lebaranku



Ini hari Selasa. Pagi tadi, seperti biasa saya sahur seorang diri. Berjalan ke dapur dengan mata nyaris terpejam karena mengantuk dan hati sedikit sebal karena menyadari bahwa saya lupa memasak nasi. Jadi saya pun berjalan ke dapur untuk memasak bumbu tumis yang saya siapkan. Tanpa nasi! Saya itu belum bisa bilang saya sudah makan kalau saya belum makan nasi, perut saya Indonesia banget. Saya termangu beberapa saat di meja makan mencoba bersyukur masih ada beberapa menit untuk memasak nasi.

Saya tidak tahu seberapa batasan ‘keberuntungan’ yang ada di kepalamu. Tapi dari hidup yang sudah saya lalui hingga saat ini, bisa bertemu dengan Bapak dan Ibu, lalu duduk dimeja makan dengan mereka, orang yang saya sayangi, adalah sebuah keberuntungan tersendiri apalagi pada saat moment Idul Fitri, buat saya yang merantau ke pulau Jawa.


Mudik. Acara berita, dipenuhi dengan tulisan mudik yang wara wiri dari stasiun satu ke stasiun lain. Bagi saya mudik kerumah membutuhkan waktu seharian. Dari Purwokerto ke Jogja, lalu dari Jogja ke Balikpapan, dan Balikpapan ke Bontang. Ah ya, saya tidak lagi memiliki wajah untuk meminta uang kepada orang tua saya bila itu hanya untuk keinginan saya memiliki ponsel terbaru, atau baju baru karena baju yang saya pakai ya cuma itu-itu saja, atau sepatu baru karena saya tidak punya sepasang sepatu yang cukup untuk dipakai gonta ganti untuk saya pakai saat lebaran atau tiket pesawat untuk pulang. Saya yang sudah seharusnya bisa mencari uang sendiri begini, sudah tidak mengandalkan uang dari kedua orang tua saya.

Satu tahun sudah saya tidak melihat wajah Ibu saya, atau sekedar mencium pipinya. Saya rindu? Kapan tepatnya saya dapat tidak merindukannya. Saya merasa rindu pada Ibu adalah arti dari symbol bilangan tak terhingga.
Lebaran sudah hampir tiba, ribuan umat muslim bergembira. Saya pun begitu, tapi dibalik itu saya punya niat untuk mudik. Rencana saya di Lebaran Tahun ini adalah mudik. Namun ketika harga tiket pesawat melambung tinggi dan tiket kereta sudah habis terjual, lalu bagaimana dengan rencana mudik yang saya niatkan. Seketika saya menjadi anak yang merasa berdosa karena mudik harusnya sudah menjadi rutinitas di hari yang Fitri.

Alat komunikasi secanggih apapun tidak akan mampu menandingi peluk nyata dan tatap mata oleh Ibu dan anak. Semua alat komunikasi yang diciptakan, justru semakin menjauhkan kita dalam mengenal baik orang lain, biasanya. Tapi bukan Tuhan namanya, kalau  hanya memberi yang  membuat kita belajar tapi tidak memberi apa yang  mampu  membuat  kita bahagia. Selalu melihat ke atas tentu akan membuatmu lelah, terus melihat ke bawah pun akan membuatmu sulit kemana-mana. Melihat-lah ke depan, dan pastikan langkahmu selalu menuju apa-apa yang Tuhan setujui. Kalau niat mudik nya tidak jadi berarti uang nya harus berguna untuk niat yang baik pula. Tapi apa ya ?

Membuka web Cermati www.cermati.com dan sedikit banyak memberi saya ide mengenai mengatur keuangan. Banyak konten Bank yang ditawarkan, salah satunya saya memilih tabungan Haji yang saya idamkan sejak dulu. Maka resolusi lebaranku tahun ini adalah membuat tabungan Syariah untuk ibadah Haji. Dari dulu Ibu ingin sekali pergi Haji, entah kapan kedua tangan ini mampu mengumpulkan pundi-pundi rezeki untuk Ibu berangkat Haji. Tapi niat ini sudah bulat. Saat  bilangan usiamu semakin bertambah. Semakin sedikit hal yang kau inginkan. Semakin terlihat mana-mana yang mustahil, mana-mana yang masih mungkin diwujudkan. Beberapa impian pun mulai terasa pahit. Karena impian itu dulu, terlalu terburu-buru dibentuk. Terlalu tergesa-gesa dilabeli harus terwujud, tapi buat saya membuka tabungan Haji di BNI Syariah membuat saya yakin, saya pasti mampu mewujudkan salah satu impian Ibu. Tidak akan ada perhatian yang melebih kekuatan perhatian yang disampaikan langsung. Seperti tidak akan ada yang melebihi kekuatan pelukan dan genggaman tangan. Tidak akan pernah ada. Cermati membantu mengatasi impian saya dimasa lalu dengan membuka tabungan untuk Haji dengan tidak membebankan biaya administrasi kepada nasabahnya dan keuntungan lainnya.


Seperti Misi nya Cermati memungkinkan setiap orang untuk mendapatkan kendali atas situasi finansial mereka dan menghemat uang mereka, dengan membuat keputusan finansial yang cermat. Dan ini saya rasakan dengan membuka web Cermati. Begitu pula Visi Cermati adalah untuk menjadikan informasi finansial lebih mudah diakses dan lebih berguna bagi setiap orang dengan menggunakan platform teknologi. Ini tergambar nyata dari info dari social media yang sangat berpengaruh terhadap berkembangnya tekhnologi. Cermati sangat membantu saya yang kurang paham mengenai pengambilan keputusan dibidang keuangan dalam jangka panjang.


Saya hanya tahu, Tuhan tak akan pernah salah memberi keputusan. Karena Dia yang selalu akan jadi yang pertama berpijak dalam masa depan dan hari esok hidup saya. Banyak artikel di Cermati yang mengingatkan saya betapa perencanaan keuangan memang harus diperhitungkan. Supaya semua seimbang dan tidak besar pasak daripada tiang, sekali lagi Cermati ini memberikan sekaligus mengingatkan saya betapa perencanaan keuangan yang dikelola dengan baik akan menghasilkan hidup yang lebih sehat. Walau tidak mudik, semoga niat ini terlaksana sebagai bentuk nyata bahwa Tuhan gantikan semua dengan yang bermanfaat. Selamat mudik untuk yang mudik. 

Lomba Blog Resolusi Lebaran

6 komentar:

Galih timbul raharjo mengatakan...

semoga semua resolusi dimudahkan sama Allah... :)

Jasa mengatakan...

semoga d beri rejeki buat berangkatin haji buat kedua orang tua mba arum

Unknown mengatakan...

semoga dimudahkan segala urusannya, dilancarkan rezekinya...

Pecintaketinggian mengatakan...

@Galih Timbul : :)))) aminnnn Ya Allah, makasih bangg
@Urip : hallo mas,amin ya :) doa yg sama untukmu dan keluarga
@Nanda : Amin Ya Allah,grazie panda

Unknown mengatakan...

infonya boleh juga bund

fandi abadi mengatakan...

Aminnn