Senin, 27 Juli 2015

Ingin pasangan yang seperti apa?


Assalammualaikum... Minal Aidin Wal Faidzin ... Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Masih suasana  Idul Fitri, maafin saya yang sering ngerepotin, dan cerewet ini. Maafin saya yang banyak salah ini ya, hehehehe
Gimana lebarannya ? Sudah berapa kali ditanya “Kapan Nikah?”

Jadi gini, saya yang lebaran tidak mudik dan sendirian di purwokerto ini tidak banyak ditanyain “kapan Nikah ?” saat Lebaran, karena menurut saya pertanyaan itu selalu ada setiap saya ketemu temen lama di social media tanpa harus menunggu lebaran atau yang ngebully karena kelamaan nge jomblo. Let me tell you, setelah kesekian kali saya jatuh dan bangun sama yang namanya pacaran, saya sudah tidak memikirkan tentang mempunyai pasangan sekarang, seperti di blog saya beberapa waktu lalu, Jika dia menyayangi saya maka dia Menikahi saya. Menjadikan saya SAH, hahahah karena dengan bertemu orang tua pun belum tentu menjadikan pernikahan itu terjadi. Maka ijab Qabul lah yang sebenarnya bukti  nyata buat saya.

Ya ya ya, saya sendiri pernah menghabiskan banyak tahun pacaran tanpa hasil apa-apa. Saya sudah ada di tingkat di mana ngga nemu alasan baik kenapa perlu pake pacaran kalo buntutnya cuma buat buang waktu. Udah ketua-an kalo mau main yang begitu lagi.

Banyak orang yang kalau ditanya ingin pasangan seperti apa, maka jawabannya bisa tidak cukup di lembar pertama yang diberikan. Kalau saya ditanya pertanyaan yang sama, jawaban saya begini

Arum ga pengen punya suami yang ganteng ?

Ya mau, tapi nggak perlu seganteng  Del Piero juga ya. Yang cukup buat saya tatap setiap saya bangun tidur aja udah cukup. Sungguh

Arum ga pengen punya suami yang kaya ?


Ya mau, tapi saya udah pernah ngerasain hidup banyak uang tapi ya udah lah ya. Rejeki yang cukup saja, cukup buat sekolahin anak, dan kehidupan yang cukup. Tapi kalau dikasih yang lebih ya Alhamdulillah. Kaya tapi hasil dari korupsi atau ngambil hak orang lain, ga berkah untuk hidup saya dan dia.

Arum pengen punya suami pendaki ya? Atau relawan ?

Iya sih tidak dipungkiri kegiatan saya di sosial membuat saya berfikir, mungkin punya suami dari bidang ini akan menjadi reward tersendiri. Cuma ya buktinya juga saya gagal nikah , saya memang pendaki gunung, suka kegiatan outdoor yang menantang, tapi bukan berarti suami saya harus pendaki gunung, atau relawan SAR. Hehehehe...

Atau arum pengen punya suami Juventini ya ?

Saya ini memang fans berat club bola yang saya cintai semenjak saya duduk dibangku SMP. Saat itu del piero hingga saat ini dan esok saya akan terus mencintai club ini, Juventus. Sebagai Juventini tidak dipungkiri yang kebanyakan  adalah kaum adam, banyak teman-teman saya dari seluruh indo dan luar yang Juventini. Saya juventini tapi pendamping hidup saya tidak harus juventini. Tidak harus mengerti bola dan club kecintaan saya ini.

Terus mau yang gimana arum ?
Jawaban saya adalah yang Seiman, Setia dan Taqwa.

Kenapa saya bilang  Seiman, karena saya muslim dan saya tidak ingin ada perbedaan dengan suami saya kelak. Saya ingin di imam-in. Dan tentu imam saya harus muslim, bukan hanya untuk memandu saya sholat, tapi juga mengajarkan nilai-nilai Agama Islam kepada saya yang masih sering lupa kalau Allah lebih menyukai ketepatan waktu pada saat sholat 5 waktu.

Lalu, buat apa kita berjanji untuk hidup bersama sampai maut memisahkan, dengan seseorang yang bahkan kita tahu, kita bisa hidup tanpanya dengan baik, seseorang yang tidak pernah membuat kita berhasil untuk sekedar berpikir; takut kehilangannya? Itu kenapa, rasa saling membutuhkan, dan rasa saling ingin memiliki terkadang jauh lebih penting dari cinta itu sendiri. Bagi saya seperti itu. Cinta, tidaklah  lebih tinggi derajatnya dari iman dan rasa saling membutuhkan.

Anggap lah saya cupu atau cemen. Di usia segini saya ga pernah  merokok sedepresi nya karena putus atau ditinggalkan.  Saya, ngga pernah sama sekali minum minuman beralkohol. Dan memang nggak pernah sama sekali merasa hal-hal macam itu keren di mata saya.  

Berapa banyak perempuan yang akhirnya jadi ‘depresi’ karena sudah pernah having sex dengan pasangannya, yang ternyata bereng*ek? Tidak terhitung. Saya pernah dihadapkan pada kehidupan buruk, yang tidak ingin pernah saya ulangi kembali. Saya memiliki orangtua yang sempurna, and I’m happy with it. Alhamdulillah . Siapa pun bisa mengecewakanmu. Dan itu bukan salahmu. Tidak perlu lantas merasa tidak berharga, karena seseorang menganggapmu tidak berharga. Kalau masih takut mati, maka hiduplah baik-baik.  

Nah kenapa saya memilih Setia ?
Karena pada akhirnya, kamu perlu hidup bersama dia yang akan rela mencebokimu saat kamu sakit. Menuntunmu saat kamu tidak bisa berjalan. Mendoakanmu saat hidupmu tengah sempit. Dan tetap mencintaimu setelah banyak kekecewaan yang terjadi dalam kehidupan kalian.

Menikah, bukanlah hanya perkara kamu dan dia. Tapi juga perkara hidup anak-anakmu. Menikahlah dengan dia yang mau sama-sama tumbuh menjadi orangtua yang semestinya. Dan menjadi pasangan yang setia menggenggammu apa pun yang terjadi.
 
saya ingin seperti ini, setia sampai menua
Bapak diusia beliau yang mau memasuki 70 tahun tidak pernah saya lihat berani jalan dengan wanita lain J sungguh. Saya paling ga bisa kalau membagi hati, Jujur saja.

Saya pernah lihat quote lupa dari siapa
“Menikahlah karena surga Allah dekat jika kamu bersamanya”
Siapa pun bisa menjadi pembohong dalam kehidupanmu. Bahkan orang yang paling kamu cintai sekali pun. Saya pernah dibohongi yang begitu besar, kebohongan yang bisa jadi alasan saya untuk merusak diri saya sendiri. Tapi saya tidak perlu melakukan kebohongan yang sama untuk menunjukkan bahwa saya tengah terluka. Saya tidak perlu terjun ke jurang yang sama, hanya untuk menunjukkan bahwa saya juga mampu bertahan dalam kehancuran.

Well, kalau balik lagi ke pasangan. Seberapa pun ganteng, kaya, pinter, tajir pasanganmu. Kalau dia ngga ‘taqwa’segalanya bisa hilang.  SEGALANYA. Bahkan, dia bisa membuatmu kehilangan dirimu sendiri.
Kalau saya sih selalu ingin punya anak yang bisa belajar sholat dan mengaji dari orangtuanya sendiri. Bisa belajar kebijaksanaan dari ayahnya, bisa belajar kasih dan sayang dari ibunya. Dan bisa belajar kejujuran dari kedua orangtuanya. AMINNN YA ALLAH

Dan kenapa saya bilang taqwa?


Kalau dia taqwa, dia pasti pandai. Karena dia tahu, salah satu amalan yang tidak akan terputus walau seseorang sudah meninggal adalah ‘ilmu yang bermanfaat’.

Tidak ada yang serta merta langsung bahagia, tidak ada yang serta merta bisa bersama tanpa melewati perselisihan. Semua butuh awal dan semua perlu menjalani proses. Tanpa keduanya, maka tidak ada cinta yang mampu bertahan untuk tetap hidup. Saya lihat itu di kedua orang tua saya. Seberapa banyak pria yang merasa perlu membuat perempuannya merasa begitu dicintai. Pria yang mau memberi penjelasan atas cintanya, yang mau meluruskan pikiran yang salah karena tengah merasa begitu marah. Seharusnya jumlahnya lebih banyak dari yang tidak merasa perlu melakukannya. Itu kenapa pria akhirnya terpilih menjadi kepala keluarga. Karena dari dalam dirinyalah kelak banyak masalah akhirnya bisa diselesaikan. Karena itu mereka pantas jadi pemimpin.

Saya tidak penah sekali pun menyesal pernah mencintai seseorang. Cinta saya tidak pernah murah saya beri, saya selalu  punya alasan kuat kenapa saya bisa jatuh hati pada orang tersebut. Tapi kali ini berbeda, cinta saya tidak sebesar cinta saya kepada Nya,yang Maha segala Nya. Menikah itu juga salah satu ibadah. Semoga one day, kita pun dipertemukan dengan pasangan yang selalu mampu ‘menenangkan’ kita :)

Saya masih jauh banget sama kata sempurna, semoga Allah melimpahkan segala ampunan Nya untuk kita ya.  Coba cerita ke saya kalau kriteria calon pendamping kamu bagaimana?




“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS. Adz Dzariyaat : 49)


5 komentar:

Jasa mengatakan...

semoga mba arum cepet dapt jodoh seperti yg d inginkan mb arum.. amiin

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

:)

Mr. Kiko mengatakan...

lekas move on ya dek

Mr. Kiko mengatakan...

lekas move on ya dek