Assalammualaikum...
Minal Aidin Wal Faidzin ... Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
Masih
suasana Idul Fitri, maafin saya yang
sering ngerepotin, dan cerewet ini. Maafin saya yang banyak salah ini ya,
hehehehe
Gimana
lebarannya ? Sudah berapa kali ditanya “Kapan Nikah?”
Jadi
gini, saya yang lebaran tidak mudik dan sendirian di purwokerto ini tidak
banyak ditanyain “kapan Nikah ?” saat Lebaran, karena menurut saya pertanyaan
itu selalu ada setiap saya ketemu temen lama di social media tanpa harus
menunggu lebaran atau yang ngebully karena kelamaan nge jomblo. Let me tell
you, setelah kesekian kali saya jatuh dan bangun sama yang namanya pacaran,
saya sudah tidak memikirkan tentang mempunyai pasangan sekarang, seperti di
blog saya beberapa waktu lalu, Jika dia menyayangi saya maka dia Menikahi saya.
Menjadikan saya SAH, hahahah karena dengan bertemu orang tua pun belum tentu
menjadikan pernikahan itu terjadi. Maka ijab Qabul lah yang sebenarnya
bukti nyata buat saya.
Ya ya ya, saya sendiri pernah menghabiskan banyak
tahun pacaran tanpa hasil apa-apa. Saya sudah ada di tingkat di mana ngga nemu
alasan baik kenapa perlu pake pacaran kalo buntutnya cuma buat buang waktu. Udah
ketua-an kalo mau main yang begitu lagi.
Banyak orang
yang kalau ditanya ingin pasangan seperti apa, maka jawabannya bisa tidak cukup
di lembar pertama yang diberikan. Kalau saya ditanya pertanyaan yang sama,
jawaban saya begini
Arum ga pengen punya suami yang ganteng ?
Ya mau, tapi
nggak perlu seganteng Del Piero juga ya.
Yang cukup buat saya tatap setiap saya bangun tidur aja udah cukup. Sungguh
Arum ga pengen punya suami yang kaya ?
Ya mau, tapi
saya udah pernah ngerasain hidup banyak uang tapi ya udah lah ya. Rejeki yang
cukup saja, cukup buat sekolahin anak, dan kehidupan yang cukup. Tapi kalau
dikasih yang lebih ya Alhamdulillah. Kaya tapi hasil dari korupsi atau ngambil
hak orang lain, ga berkah untuk hidup saya dan dia.
Arum pengen punya suami pendaki ya? Atau relawan ?
Iya sih
tidak dipungkiri kegiatan saya di sosial membuat saya berfikir, mungkin punya
suami dari bidang ini akan menjadi reward tersendiri. Cuma ya buktinya juga
saya gagal nikah , saya memang pendaki gunung, suka kegiatan outdoor yang
menantang, tapi bukan berarti suami saya harus pendaki gunung, atau relawan
SAR. Hehehehe...
Atau arum pengen punya suami Juventini ya ?
Saya ini
memang fans berat club bola yang saya cintai semenjak saya duduk dibangku SMP.
Saat itu del piero hingga saat ini dan esok saya akan terus mencintai club ini,
Juventus. Sebagai Juventini tidak dipungkiri yang kebanyakan adalah kaum adam, banyak teman-teman saya dari
seluruh indo dan luar yang Juventini. Saya juventini tapi pendamping hidup saya
tidak harus juventini. Tidak harus mengerti bola dan club kecintaan saya ini.
Terus mau yang gimana arum ?
Jawaban saya
adalah yang Seiman, Setia dan Taqwa.
Kenapa saya
bilang Seiman, karena saya muslim dan saya tidak ingin ada perbedaan
dengan suami saya kelak. Saya ingin di imam-in. Dan tentu imam saya harus
muslim, bukan hanya untuk memandu saya sholat, tapi juga mengajarkan
nilai-nilai Agama Islam kepada saya yang masih sering lupa kalau Allah lebih
menyukai ketepatan waktu pada saat sholat 5 waktu.
Lalu, buat apa kita berjanji untuk hidup bersama sampai maut memisahkan,
dengan seseorang yang bahkan kita tahu, kita bisa hidup tanpanya dengan baik,
seseorang yang tidak pernah membuat kita berhasil untuk sekedar berpikir; takut
kehilangannya? Itu kenapa, rasa saling membutuhkan, dan rasa saling ingin
memiliki terkadang jauh lebih penting dari cinta itu sendiri. Bagi saya seperti
itu. Cinta, tidaklah lebih tinggi
derajatnya dari iman dan rasa saling
membutuhkan.
Anggap lah
saya cupu atau cemen. Di usia segini saya ga pernah merokok sedepresi nya karena putus atau
ditinggalkan. Saya, ngga pernah sama
sekali minum minuman beralkohol. Dan memang nggak pernah sama sekali merasa
hal-hal macam itu keren di mata saya.
Berapa
banyak perempuan yang akhirnya jadi ‘depresi’ karena sudah pernah having sex
dengan pasangannya, yang ternyata bereng*ek? Tidak terhitung. Saya pernah dihadapkan
pada kehidupan buruk, yang tidak ingin pernah saya ulangi kembali. Saya memiliki
orangtua yang sempurna, and I’m happy with it. Alhamdulillah . Siapa pun
bisa mengecewakanmu. Dan itu bukan salahmu. Tidak perlu lantas merasa tidak
berharga, karena seseorang menganggapmu tidak berharga. Kalau masih takut mati,
maka hiduplah baik-baik.
Nah kenapa saya memilih Setia ?
Karena pada
akhirnya, kamu perlu hidup bersama dia yang akan rela mencebokimu saat kamu
sakit. Menuntunmu saat kamu tidak bisa berjalan. Mendoakanmu saat hidupmu
tengah sempit. Dan tetap mencintaimu setelah banyak kekecewaan yang terjadi
dalam kehidupan kalian.
Menikah,
bukanlah hanya perkara kamu dan dia. Tapi juga perkara hidup anak-anakmu.
Menikahlah dengan dia yang mau sama-sama tumbuh menjadi orangtua yang
semestinya. Dan menjadi pasangan yang setia menggenggammu apa pun yang terjadi.
Bapak diusia
beliau yang mau memasuki 70 tahun tidak pernah saya lihat berani jalan dengan
wanita lain J sungguh.
Saya paling ga bisa kalau membagi hati, Jujur saja.
Saya pernah
lihat quote lupa dari siapa
“Menikahlah karena surga Allah dekat jika kamu
bersamanya”
Siapa pun
bisa menjadi pembohong dalam kehidupanmu. Bahkan orang yang paling kamu cintai
sekali pun. Saya pernah dibohongi yang begitu besar, kebohongan yang bisa jadi
alasan saya untuk merusak diri saya sendiri. Tapi saya tidak perlu melakukan
kebohongan yang sama untuk menunjukkan bahwa saya tengah terluka. Saya tidak
perlu terjun ke jurang yang sama, hanya untuk menunjukkan bahwa saya juga mampu
bertahan dalam kehancuran.
Well, kalau balik
lagi ke pasangan. Seberapa pun ganteng, kaya, pinter, tajir pasanganmu. Kalau
dia ngga ‘taqwa’segalanya bisa
hilang. SEGALANYA. Bahkan, dia bisa
membuatmu kehilangan dirimu sendiri.
Kalau saya
sih selalu ingin punya anak yang bisa belajar sholat dan mengaji dari
orangtuanya sendiri. Bisa belajar kebijaksanaan dari ayahnya, bisa belajar
kasih dan sayang dari ibunya. Dan bisa belajar kejujuran dari kedua
orangtuanya. AMINNN YA ALLAH
Dan kenapa saya bilang taqwa?
Kalau dia
taqwa, dia pasti pandai. Karena dia tahu, salah satu amalan yang tidak akan
terputus walau seseorang sudah meninggal adalah ‘ilmu yang bermanfaat’.
Tidak ada yang serta
merta langsung bahagia, tidak ada yang serta merta bisa bersama tanpa melewati perselisihan.
Semua butuh awal dan semua perlu menjalani proses. Tanpa keduanya, maka tidak
ada cinta yang mampu bertahan untuk tetap hidup. Saya lihat itu di kedua orang
tua saya. Seberapa banyak pria yang merasa perlu membuat perempuannya merasa
begitu dicintai. Pria yang mau memberi penjelasan atas cintanya, yang mau
meluruskan pikiran yang salah karena tengah merasa begitu marah. Seharusnya
jumlahnya lebih banyak dari yang tidak merasa perlu melakukannya. Itu kenapa
pria akhirnya terpilih menjadi kepala keluarga. Karena dari dalam dirinyalah kelak
banyak masalah akhirnya bisa diselesaikan. Karena itu mereka pantas jadi
pemimpin.
Saya tidak penah sekali pun menyesal pernah mencintai
seseorang. Cinta saya tidak pernah murah saya beri, saya selalu punya
alasan kuat kenapa saya bisa jatuh hati pada orang tersebut. Tapi kali
ini berbeda, cinta saya tidak sebesar cinta saya kepada Nya,yang Maha segala
Nya. Menikah itu juga salah satu ibadah. Semoga one day, kita pun
dipertemukan dengan pasangan yang selalu mampu ‘menenangkan’ kita :)
Saya masih
jauh banget sama kata sempurna, semoga Allah melimpahkan segala ampunan Nya
untuk kita ya. Coba cerita ke saya kalau
kriteria calon pendamping kamu bagaimana?
“Dan segala sesuatu kami jadikan
berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS. Adz Dzariyaat :
49)